Kekosongan substantif dan metodologis dalam dalam kajian sejarah yang tidak bisa ditutup oleh referensi ilmiah berbahasa Inggris dan Belanda (acuan utama sejarah selama ini) terbukti bisa diisi oleh kehadiran buku dan monografi berbahasa Perancis. Tetapi, menurut Bambang Purwanto, hubungan ilmuwan sejarah Indonesia dan Perancis justru tidak berkembang.
↧